Minyak mentah sering juga disebut 'emas hitam' karena potensinya yang luar biasa untuk investasi dan perdagangan, tidak kalah dengan emas. Fluktuasi harganya pun sangat tinggi dan volatil. Dari $105 per barel di tahun 2014, harga minyak tergelincir turun hingga $30 per barel di awal tahun 2020 ini.
Tentu saja ini membuka peluang profit yang tinggi bagi para trader minyak. Apalagi karena trader minyak online bisa meraih peluang profit dua arah.
1. Kebijakan OPEC dan negara-negara penghasil minyak.
Ada banyak negara produsen minyak. 12 di antaranya adalah anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), yaitu Aljazair, Angola, Arab Saudi, Ekuador, Irak, Iran, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Venezuela. Negara-negara penghasil minyak lain, seperti Rusia, Amerika Serikat, China, Kanada, dan Meksiko, tidak bergabung dalam OPEC.
Anggota OPEC bekerja sama untuk menentukan stabilitas harga minyak mentah dengan cara meningkatkan atau mengurangi produksi minyak. Di saat yang bersamaan, situasi dan kondisi negara-negara produsen minyak, baik OPEC dan non OPEC, juga mempengaruhi harga minyak. Misalnya, hubungan politik Iran dan Venezuela dengan Amerika Serikat yang kurang mulus, embargo minyak Arab, perang Irak dan Iran.
Kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, serta bencana juga berpengaruh karena berhubungan dengan faktor kedua, yaitu supply and demand.
2. Supply and demand minyak mentah.
Supply and demand, atau penawaran dan permintaan, mendorong fluktuasi harga semua barang, termasuk minyak mentah. Supply minyak sendiri biasanya berkisar 1-2 juta barel lebih banyak daripada demand-nya, sehingga tentu butuh tempat untuk menyimpan cadangan minyak mentah tersebut, yang akan digunakan saat produksi minyak menurun.
Semakin banyak supply minyak cadangan, semakin turun harga minyak mentah di pasaran. Ini karena tempat penyimpanan minyak cadangan terbatas, sehingga sisa cadangan minyak mau tidak mau harus dijual ke pasaran jika tempat penyimpanan sudah penuh.
Faktor lain yang mempengaruhi supply adalah kondisi negara penghasil minyak itu sendiri. Misalnya, produksi minyak bisa menurun akibat adanya konflik di Timur Tengah, sehingga supply minyak cadangan pun menurun. Semakin sedikit supply minyak cadangan, maka harga jual minyak di pasaran akan semakin tinggi.
Bicara soal demand minyak, biasanya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik biasanya disebabkan oleh meningkatnya bisnis dan industri. Jika bisnis dan industri meningkat, berarti penggunaan minyaknya pun semakin banyak, supply minyak cadangan semakin sedikit, sehingga harga minyak akan meningkat.
Sebaliknya, di saat kondisi ekonomi kurang baik, misalnya karena pandemi virus corona, banyak industri yang produksinya menurun, bahkan tutup. Berkurangnya aktivitas bisnis dan industri ini berdampak pada menurunnya penggunaan minyak, sehingga supply minyak cadangan semakin banyak, dan harga minyak makin turun.
Selain itu, demand dari penggunaan minyak pribadi juga berpengaruh. Misalnya demand minyak meningkat saat musim panas, di mana banyak orang yang bepergian untuk liburan. Demikian juga dengan musim dingin, di mana kebutuhan minyak meningkat untuk keperluan penghangat ruangan.
3. Perkembangan teknologi produksi minyak.
Selain penyimpanan, supply minyak juga berkaitan dengan pemboran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan perusahaan minyak untuk memproduksi minyak dengan lebih cepat dan banyak.
Contohnya adalah penemuan teknik fracking yang memungkinkan perusahaan minyak untuk mengebor minyak shale dari bebatuan. Karena teknik ini memudahkan pengeboran minyak, supply minyak pun menjadi lebih tinggi daripada demand nya, sehingga harga minyak ikut turun.
Forex, Emas, Investasi, Broker, Cirebon - Monex Cirebon
July 25, 2021
July 25, 2021